Bullwhip effect

Pengertian bullwhip effect


Seperti yang kita ketahui, perusahaan dalam melakukan proses bisnisnya tidak selalu mengalami kenaikan tetapi juga penurunan pada permintaan barang, sehingga membuat fluktuatif pada inventory perusahaan. Adanya permintaan barang yang tidak selalu sama membuat perusahaan dalam supply barang mengalami kondisi ekonomi yang tidak efisien. Tidak efisien yang dimaksud bahwa keadaan fluktuatif tersebut akan membuat gangguan pada kelancaran kerjasama dengan partner ekonomi perusahaan dan pemasokkan barang yang semakin menumpuk jika permintaan konsumen ternyata berubah-ubah. Maka dari itu, disini akan dibahas lebih lanjut hal yang mengakibatkan hal terebut, yaitu Bullwhip Effect pada Supply Chain.


Kontributor:
Fadila Putri Ananti


Pengertian bullwhip effect

Bullwhip Effect adalah gangguan yang terjadi pada supply chain yang bisa membuat permintaan tidak akurat, sehingga terjadi permintaan yang tidak stabil atau mengalami perubahan. Bullwhip effect juga menjadi salah satu pendorong untuk mendorong aktivitas ketidakefisiennya permintaan dalam kesejahteraan ekonomi perusahaan atau distorsi. Adanya distorsi membuat perusahaan labil dalam mengkodisikan ekonomi. Jika permintaan naik turun yang tidak menentu akan membuat pemasokan barang pada penyimpanan menumpuk membuat penambahan biaya, belum tentu juga jika penyimpanan dapat tersimpan dengan baik, apabila tidak tersimpan dengan baik akan membuat barang menjadi rusak atau masih banyak faktor lain yang terjadi.

Dalam proses pentransferan atau kerjasama dengan agen juga dapat membuat banyak kerugian besar yang terjadi, seperti halnya pada supplier yang menyetok barang tidak selalu akan akurat dikarenakan yang biasanya perusahaan membeli jumlah yang sama menjadi tidak sama, consumer yang mungkin karena terlalu bosan dengan product itu saja membuat permintaan menurun, dan pendistribusian barang pada distributor akan mengalami gangguan. Untuk itu, perlu adanya pemahaman yang lebih baik lagi dalam mempelajari bullwhip effect agar tahu penyebabnya.


Penyebab bullwhip effect

Secara umum, bullwhip effect disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah pembaharuan demand forecast, pembulatan pemesanan, fluktuasi harga, dan rationing and gaming. Di bawah adalah penjelasan lebih rinci atas bullwhip effect.
  1. Pembaharuan demand forecast dilakukan secara individual oleh anggota-anggota yang terkait dalam sebuah supply chain. Setiap anggota memperbaharui demand forecast sesuai dengan customer order atau pesanan yang diterima dari masing-masing pihak di supply chain tersebut. Semakin banyak pihak yang terkait dalam supply chain tersebut, demand forecast akan semakin tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
  2. Pembulatan pesanan terjadi ketika setiap anggota dalam supply chain menerima jumlah pesanan yang diterima dari pelanggannya lalu disesuaikan dengan batasan produksi seperti waktu penyiapan peralatan atau jumlah tenaga kerja. Semakin banyak anggota dalam supply chain yang melakukan pembulatan jumlah pesanan semacam itu, semakin banyak distorsi yang terjadi dari jumlah asli yang diminta.
  3. Fluktuasi harga karena faktor inflasi, diskon kuantitas, atau penjualan cenderung mendorong pelanggan untuk membeli jumlah yang lebih besar daripada yang mereka butuhkan. Perilaku ini cenderung menimbulkan ketidakpastian dalam variabilitas ke jumlah yang dipesan dan demand forecast.
  4. Rationing dan gaming adalah ketika penjual mencoba membatasi jumlah pesanan dengan hanya menerima sejumlah persentase dari pesanan yang dilakukan oleh pembeli. Dari perspektif pembeli, mengetahui bahwa penjual hanya menerima sebagian kecil dari pesanan yang dipesan, karena mencoba untuk mempermainkan sistem dengan membuat penyesuaian ke atas terhadap kuantitas pesanan. Rationing dan gaming menciptakan distorsi dalam informasi pemesanan yang diterima oleh anggota dalam supply chain.

Secara khusus, penyebab utama bullwhip effect, dibagi menjadi 2 yaitu:
  • Penyebab keperilakuan
    1. Penyalahgunaan kebijakan dasar persediaan. Hal ini berkenaan dengan perilaku dalam mengambil keputusan yang tidak bijak dan salah dalam penggunaan mengenai stock yang akan di produksi akan mengakibatakan kekurangan.
    2. Kesalahan persepsi tentang feedback umpan balik dan penundaan waktu. Pada feedback yang baik terjadi adanya keuntungan yang dapat menguntuntungkan semua pihak, apabila terjadi feedback yang tidak baik antar pihak membuat adanya perilaku yang menyimpang dan untuk waktu akan menjadi tidak tepat pada waktunya, seperti keterlambatan pendistribusian barang.
    3. Tidak mempersiapkan kemungkinan terburuk seperti permintaan tidak terpenuhi. Dalam penyebab keprilakuan ini memerlukan sikap yang siap untuk mengalami kemungkinan hal buruk terjadi. Apabila tidak ada kesiapan akan membuat tidak adanya alternative lain yang dapat digunakan untuk menghadapi masalah yang terjadi, karena tidak setiap saat permintaan akan selalu sama dan dapat terpenuhi setiap saatnya.
    4. Salah mepersepsikan bounded rationality dari pihak lain. Bounded rationality ini merupakan sikap pengambilan keputusan, apabila salah mempersepsikannya akan membuat kesalahpahaman antar pihak terkait.
    5. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang “bermain aman” tampaknya berperforma lebih buruk daripada orang-orang yang pengambil risiko dalam lingkungan supply chain. Orang dengan efikasi diri yang tinggi, kurang mampu menangani masalah bullwhip effect dalam sebuah supply chain.
  • Penyebab operasional
    1. Pengolahan permintaan yang masih bergantung pada pihak lain/dependen. Ketergantungan ini dikarenakan adanya kerjasama antar pihak dalam supply chain, apabila pihak yang terkait ada salah satu yang mengalami masalah akan berdampak pula pada operasional atau proses permintaan.
    2. Kesalahan dalam forecasting. Dalam kesalahan forecating ini biasanya terjadi strategi perkiraan yang tidak sesuai dengan apa yang sudah dibuat, banyak faktor yang mempengaruhinya dan membutuhkan analisa untuk mengetahui bagaimana kondisi kedepannya.
    3. Penyesuaian parameter pengendalian persediaan pada setiap permintaan. Paramater memang tidak dapat kita tentukan secara langsung besar, melainkan perlu adanya pengendalian agar tidak terjadi kesalahan.
    4. Kesalahan dalam perkiraan lead time, yaitu apabila berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan persediaan untuk permintaan secara kuantitas. Untuk itu, perlu adanya integritas pada supply chain.
    5. Sinkronisasi pemesanan (motif transaksi, diskon kuantitas, diskon pembelian). Jika tidak sinkron pada pemesanan akan membuat permintaan operasional transaksi akan mengalami ketidakakuratan.
    6. Antisipasi kelangkaan/shortage. Apabila tidak adanya antisipasi dalam mengahadapi kelangkaan akan membuat permintaan menjadi menurun, dalam menghadapi hal ini lebih baik membuat strategi alternative lain yang dapat digunakan.

Pendekatan untuk mengurangi bullwhip effect

  1. Melakukan penerapan information sharing, hal ini dapat dilakukan dengan mudah apabila terjadi hubungan yang baik antar semua pihak dan melakukan pengumpulan informasi sebanyak-banyaknya agar tidak terjadi miss communication atau kesalahpahaman.
  2. Dengan cara memperpendek atau melakukan pengubahan struktur supply chain. Cara ini agar mempermudah dalam menganalisis data dan melakukan distributor barang secara akurat sesuai supply product yang diminta oleh consumer dan apabila adanya pengubahan struktur juga membantu dalam melakukan pengubahan kinerja yang ada.
  3. Melakukan pengurangan pada fixed cost. Melalui pendekatan ini dapat mempermudah kita menjalankan anggaran biaya yang sudah ditetapkan tidak mengalami pemborosan secara signifikan, dikarenakan adanya perbedaan permintaan consumer yang berbeda. Pengurangan fixed cost juga dapat diartikan sebagai startegi dalam melakukan penekanan biaya yang mengalami pelonjakkan untuk memaksimalkan biaya yang lainnya.
  4. Pendekatan dengan cara stabilitas data. Stabilitas data adalah batas kemampuan produk sepanjang periode yang telah ditetapkan untuk penyimpanan atau penggunaan. Dalam hal ini data harus secara valid agar akurat. Pada stabilitas data juga harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya agar tidak terjadi kendala baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
  5. Adapun pendekatan lainnya adalah melakukan pendekatan memperpendek lead time. Lead time merupakan waktu untuk pemesanan atau pengirimian produk secara berkala. Dalam hal ini harus memperhatikan permintaan coustomer agar tidak terjadi over cost. Selain itu, perlu adanya integrasi pada supply chain. Integrasi pada waktu untuk memproduksi barang, memproses barang, dan memproses pemesanan.

analisis bullwhip effect

 

Analisis bullwhip effect terhadap supply chain

Terkadang di suatu komoditi yang besar terjadi sebuah fenomena yang menarik, hal ini disebut dengan fenomena bullwhip effect. Terjadinya bullwhip effect menandai adanya variasi permintaan pada supply chain commodity tertentu. Didalam bullwhip effect terdapat analisa. Adapun analisa untuk mengidentifikasikan penyebab dan perhitungan bullwhip effect terjadi. Selain itu, didalam analisa juga terdapat struktur biaya logistik untuk mengetahui komponen biaya apa yang berpengaruh terhadap aktivitas logistik dan apabila untuk biaya yang besar akan berakibat pada permintaan yang berubah.

Bullwhip effect selalu terjadi pada supply chain. Banyak metode penelitian yang dapat digunakan untuk menganilisis, seperti convenience sampling dan snowball sampling melalui indepth interview kepada pelaku pemasok komoditas untuk mengetahui berapa kali bullwhip effect muncul dan berapa jumlahnya. Setelah itu, melakukan pendataan dari hasil interview untuk strategi supply chain management.

Strategi supply chain management yang tepat untuk pengukuran bullwhip effect adalah strategi efficient supply chain terhadap produk fungsional dengan menekankan pada biaya dan memaksimalkannya agar tidak terjadi pemborosan.


Contoh dari bullwhip effect

Pelanggan adalah awal dimulainya permintaan aktual akan suatu produk dan bahannya dimulai, namun seringkali permintaan aktual akan produk tersebut terdistorsi turun ke rantai pasokan. Hal ini dapat terjadi jika permintaan aktual dari pelanggan adalah 8 unit, kemudian pengecer akan memesan 10 unit kepada distributor. Permintaan produk ditambah sebanyak 2 unit bertujuan untuk memastikan bahwa mereka tidak akan kehabisan stok lantai. Selanjutnya distributor akan memesan 20 unit dari pabriknya. Distributor membeli dalam jumlah yang besar (penambahan 10 unit), agar mereka memiliki cukup persediaan untuk menjamin bahwa pengecer akan menerima pengiriman barang secara tepat waktu. Kemudian pabrik akan menerima pesanan dan selanjutnya mereka akan memesan dari pemasok mereka secara massal. Pabrik akan memesan sebanyak 40 unit (penambahan 20 unit) untuk memastikan bahwa skala ekonomi dalam produksi memenuhi permintaan. Dan pada akhirnya, 40 unit produk telah diproduksi dengan permintaan awal hanya 8 unit. Itu berarti bahwa pengecer harus dapat meningkatkan permintaan dengan menjatuhkan harga atau menemukan lebih banyak pelanggan melalui pemasaran dan periklanan.

Contoh selanjutnya adalah Perusahaan Barilla. Barilla adalah produsen pasta utama yang berada di Italia yang menawarkan diskon khusus kepada pelanggan mereka yang memesan truk yang penuh dengan barang mereka. Transaksi pemasaran tersebut menciptakan pola permintaan pelanggan yang sangat memuncak dan mudah berubah. Biaya rantai pasokan juga sangat tinggi sehingga mereka melampaui manfaat transportasi truk penuh.

Contoh terakhir adalah kasus P&G. Para eksekutif P&G mengamati bahwa pola penjualan untuk salah satu produk terlaris mereka yaitu pamper, berfluktuasi di toko ritel tetapi variabilitasnya tentu tidak berlebihan. Namun, saat mereka memeriksa pesanan distributor, tingkat variabilitas meningkat. Ketika mereka melihat lebih jauh perintah P&G untuk pemasok mereka, seperti 3M, mereka menemukan bahwa ayunannya lebih besar lagi. Ini tidak masuk akal. Sementara bayi, mengkonsumsi popok pada tingkat yang stabil, variabilitas pesanan permintaan dalam rantai pasokan diperkuat saat mereka menaikkan rantai pasokan. Efek ini disebut bullwhip effect / efek whiplash / whipsaw effect.

Bullwhip effect terjadi karena permintaan pelanggan jarang stabil sempurna, bisnis harus meramalkan permintaan agar dapat menempatkan inventori dan sumber daya dengan benar. Prakiraan didasarkan pada statistik dan jarang sekali akurat. Karena kesalahan perkiraan sudah pasti, perusahaan sering membawa buffer persediaan yang disebut "safety stock". Memindahkan rantai pasokan dari konsumen akhir ke pemasok bahan baku, masing-masing peserta rantai pasokan memiliki variasi permintaan yang lebih besar dan karenanya membutuhkan persediaan pengaman yang lebih besar. Pada periode kenaikan permintaan, peserta turun arus akan meningkatkan pesanan mereka. Pada periode penurunan permintaan, pesanan akan turun atau berhenti untuk mengurangi persediaan. Efeknya adalah variasi diperkuat saat seseorang bergerak ke hulu dalam rantai pasokan (lebih jauh dari pelanggan).
Singkatnya, Bullwhip effect adalah pembesaran fluktuasi permintaan, bukan pembesaran permintaan. Ini bisa sangat mahal bagi perusahaan manapun, karena pada dasarnya jika permintaan yang besar akan tidak bisa dikendalikan dengan mudah apabila terjadi terus menurus karena adanya penyesuain pemasokkan dan apabila terjadi pengecilan permintaan juga akan membuat terancamnya produksi product yang terhambat.


Kesimpulan

Bullwhip effect adalah gangguan yang terjadi pada supply chain yang bisa membuat permintaan tidak akurat, sehingga terjadi permintaan yang tidak stabil atau mengalami perubahan. Hal ini sangatlah banyak menyebabkan kerugian. Akan tetapi, kerugian yang terjadi tidak hanya karena permintaan yang fluktuatif, tapi juga dalam pentransferan atau kerjasama dengan agen dapat membuat banyak kerugian besar yang terjadi, seperti halnya pada supplier yang menyetok barang tidak selalu akan akurat dikarenakan yang biasanya perusahaan membeli jumlah yang sama menjadi tidak sama, consumer yang mungkin karena terlalu bosan dengan product itu saja membuat permintaan menurun, dan pendistribusian barang pada distributor akan mengalami gangguan.

Dalam melakukan pengurangan bullwhip effect banyak cara untuk melakukan pendekatan agar dapat menguranginya seperti penerapan information sharing, melakukan pengurangan pada fixed cost, pendekatan dengan cara memperpendek atau melakukan pengubahan struktur supply chain, pendekatan melalui cara stabilitas data, dan pendekatan memperpendek lead time.

Selain melakukan pendekatan bullwhip effect, juga perlu mengetahui penyebab yang akan menimbulkan bullwhip effect agar tidak terjadi hal seperti itu dan dapat dengan mudah mengatasinyai apabila sudah tahu apa saja faktor yang dapat menyebabkannya. Secara umum, bullwhip effect disebabkan oleh pembaharuan demand forecast, pembulatan pemesanan, fluktuasi harga, dan rationing and gaming. Sedangkan secara khusus, penyebab utama bullwhip effect, dibagi menjadi dua yaitu penyebab keperilakuan dan penyebab operasional.

Bullwhip effect selalu terjadi pada supply chain, kita dapat menggunakan metode penelitian convenience sampling dan snowball sampling melalui indepth interview kepada pelaku pemasok komoditas dapat diketahui berapa kali bullwhip effect ini muncul dan berapa jumlahnya. Lalu kita dapat melakukan pendataan dari hasil interview untuk digunakan dalam strategi supply chain management.

Popular posts

Sistem informasi global dan penerapannya oleh perusahaan multinasional

Apa itu budaya global?

Intelligent agent